Pada tahap awalnya, gejala penyakit cacar monyet mirip dengan cacar air, ditandai dengan munculnya bintil berair. Seiring berjalannya waktu, bintil berair tersebut dapat berubah menjadi bernanah dan menyebabkan pembentukan benjolan di leher, ketiak, atau selangkangan karena pembengkakan kelenjar getah bening.
Penularan cacar monyet dapat terjadi melalui kontak langsung antarmanusia, meskipun sumber utamanya berasal dari hewan, terutama hewan pengerat dan primata seperti tikus, monyet, atau tupai yang terinfeksi.
Pengertian Cacar Monyet
Cacar monyet (monkeypox) merupakan suatu penyakit yang diakibatkan oleh infeksi virus yang termasuk dalam kelompok serupa dengan virus penyebab cacar. Penyakit ini pertama kali diidentifikasi oleh para ilmuwan pada tahun 1958.
Meskipun cacar monyet umumnya ditemukan di negara-negara di wilayah Afrika Tengah dan Afrika Barat, belakangan ini penyakit ini kembali muncul dan menyebar di beberapa negara di luar Afrika.
Cacar monyet termasuk penyakit menular, dan penularannya dapat terjadi melalui interaksi dengan hewan dan manusia. Penularan tidak hanya terbatas pada kontak langsung dengan primata, melainkan juga dapat disebabkan oleh paparan hewan lain, seperti tikus hingga tupai yang terinfeksi.
Perkembangan Cacar Monyet di Indonesia
Perkermbangan cacar monyet ini menjadi perhatian sejak kasus pertama muncul pada tanggal 20 Agustus 2022. Pada 13 Oktober 2023, pemerintah kembali melaporkan kasus cacar monyet.
Data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia, yang diumumkan dalam konferensi pers pada 26 Oktober 2023, mencatat bahwa hingga tanggal tersebut, terdapat 14 kasus konfirmasi cacar monyet di Indonesia.
Dari 14 kasus tersebut, mayoritas penderitanya berusia antara 25-29 tahun, mencapai 64 persen, sementara sisanya berusia 30-39 tahun sebanyak 36 persen.
Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, dr. Maxi Rein Rondonuwu, menjelaskan bahwa selain 14 kasus terkonfirmasi, terdapat dua kasus probable yang menunjukkan gejala dan memiliki kontak dengan penderita cacar monyet, namun kini sudah sembuh.
Di samping itu, terdapat sembilan kasus suspek yang telah melakukan pengambilan uji sampel, dan saat ini masih menunggu hasil pemeriksaan. Secara global, mulai dari 21 Januari 2022 hingga 30 September 2023, tercatat sebanyak 91.123 kasus cacar monyet terkonfirmasi.
Angka kematian global mencapai 157, dengan 115 negara dilaporkan terpapar. Amerika Serikat menjadi negara dengan kasus cacar monyet tertinggi, meskipun terjadi peningkatan kasus di Regional South East Asia Region (SEARO) sejak April 2023, dengan Thailand menjadi negara pelapor tertinggi.
Penyebab Cacar Monyet
Cacar monyet adalah penyakit zoonosis langka, disebabkan oleh infeksi virus Monkeypox, bagian dari Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae. Penyakit ini pertama kali terdeteksi pada wabah yang berasal dari monyet yang digunakan untuk penelitian, menjadikannya dikenal sebagai cacar monyet.
Penularan tidak hanya terjadi melalui monyet; hewan pengerat seperti tikus dan tupai juga dapat terinfeksi dan menularkan penyakit ini kepada manusia. Meskipun penularan manusia ke manusia mungkin terjadi, risikonya cukup rendah.
Faktor Risiko Cacar Monyet
Beberapa faktor risiko dapat memicu infeksi virus penyebab cacar monyet, termasuk kontak langsung dengan hewan terinfeksi atau mengonsumsi produk olahan dari hewan tersebut. Risiko penularan dari manusia ke manusia membutuhkan kontak yang intens dan waktu yang cukup lama.
Untuk lebih detail mengenai kelompok yang rentan terhadap penyakit ini, baca di artikel: “Kelompok yang Rentan Terkena Cacar Monyet”.
Proses Penularan Cacar Monyet
Penularan dapat terjadi dari hewan ke manusia, manusia ke manusia, dan bahkan melalui plasenta dari ibu hamil ke janin. Penularan dari hewan ke manusia dapat terjadi melalui cakaran atau gigitan hewan terinfeksi, atau melalui paparan cairan tubuh atau darah hewan buruan.
Penularan dari manusia ke manusia terjadi melalui kontak langsung dengan luka infeksi, koreng, atau cairan tubuh pengidap cacar monyet. Penggunaan barang-barang pribadi bersama dengan pengidap juga dapat menjadi proses penularan.
Gejala Cacar Monyet
Gejala cacar monyet mirip dengan cacar air, tetapi lebih ringan. Muncul setelah 5 hingga 21 hari setelah paparan virus dan melibatkan demam, sakit kepala, nyeri otot, kelelahan, menggigil, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Ruam akan berkembang menjadi lesi dengan tahapan makula, papula, vesikel, dan pustula sebelum kering dan mengelupas.
Diagnosis dan Pengobatan Cacar Monyet
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium, termasuk PCR test dan biopsi pada lesi. Saat ini, tidak ada pengobatan khusus, hanya terapi simtomatis. Upaya penanggulangan melibatkan surveilans, terapi simtomatis, dan vaksinasi.
Komplikasi dan Pencegahan Cacar Monyet
Komplikasi dapat melibatkan pneumonia, sepsis, peradangan otak, dan infeksi mata. Meskipun jarang, cacar monyet dapat berakibat fatal. Pencegahan melibatkan hindari kontak dengan hewan terinfeksi, praktik seksual sehat, dan vaksinasi. Pencegahan lainnya termasuk mencuci tangan, menjaga kebersihan makanan, dan hindari perjalanan ke daerah penyebaran penyakit.
Vaksinasi Cacar Monyet di Indonesia
Pemberian vaksin dimulai pada 23 Oktober 2023, terutama untuk kelompok rentan dengan kontak erat dengan penderita atau HIV.